Saturday, September 1, 2007

Adil Sejak Dalam Pikiran


“ Kita harus adil sejak dalam pikiran” begitu kalimat yang sering dilontarkan oleh Jean Marais, ketika berdiskusi dengan Minke sahabatnya. Katika Minke gelisah dengan prasangka dan dugaan orang. Jean menyoal klarifikasi dan melihat langsung keadaannya. Mengumpulkan data-data kongkrit. Tidak memberi kesimpulan sebelum ada fakta. Tidak terpengaruh dengan desas-desus dan kabar burung berdasarkan dongengan jaman dahulu sebelum menjelang tidur.

Pada saat lain Minke meragukan orang-orang disekitarnya. Maka kembali Jean bilang “Kita harus adil sejak dalam pikiran”. Kembali Minke harus bermain teka-teki dengan gaya bicara Jean. Dan kembali harus mengulkan data dan fakta untuk menilai apa yang sebenarnya.

“Adil sejak dalam pikiran” seolah sederhana saja. Tapi ini terlampau berat jika kita maklumi. Karna akan bertarung dengan ego kita. Ketika orang menganggap sesuatu atau seseorang itu buruk, dan ketika kta temukan fakta bahwa keadaannya adalah kebalikannya. Maka kita mempertaruhkan diri dan ego kita. Akankan kita siap dinilai sama buruknya dalam pikiran orang umum karena menyuarakan sesuai keadan?. Akankan kita bisa melupakan rasa keagungan diri atas sesuatu yang dianggap buruk? Ataukah kita nyaman dengan rasa ego…?

Betapa sering kita lupa untuk adil. Betapa kita sering ceroboh menyikapi sesuatu hanya berdasar prasangka orang. Hanya berdasar kata orang. Hanya berdasar keumuman yang dulu pernah terjadi. Hanya berasar hal-hal yang tanpa bukti lainnya? Betapa sulit bagi kita untuk lebih dulu mengungkapkan data dan fakta sebenarnya sebelum kita mengambil kesimpulan dan nilai. Susah bagi kita untuk menahan sejenak ego memberi nilai. Melupakan sejenak kalau kita perlu menunggu fakta sebenar-benarnya atas pemberian nilai…

No comments yet